Metode
dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas
pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh sistem
perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah
langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang supervisor, dan teknik
yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni
pada prinsifnya berusaha merumuskan harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan
tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam
mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta
masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam
supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik
kelompok. Teknik individual antara lain berupa
(1)
kunjungan dan observasi kelas
(2)
individual conference
(3)
kunjungan antar guru-guru
(4)
evaluasi diri
(5)
supervisory bulletin
(6)
profesional reading
(7)
profesional writing,
sedankan
teknik kelompok antara lain:
(1)
rapat staf sekolah
(2)
orientasi guru baru
(3)
curriculum laboratory
(4)
panitia
(5)
perpustakaan professional
(6)
demonstrasi mengajar
(7)
lokakarya
(8)
field trips for staff personnels
(9)
pannel or forum discussion
(10)
in service training
(11)
organisasi profesional.
Pada
teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada
beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu kegiatan yang menyebabkan
prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang
diamati oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada prinsipnya kunjungan
kelas merupakan perekaman informasi akurat yang datang secara langsung dari
sumber belajar seperti guru dan peserta didik.
Sisi
lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah
menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan kesan negatif baik
bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan
tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan
profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya
adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrumen yang
telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan
pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi
yang akan diujikan di lapangan oleh supervisor.
Hariwung
(1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas antara
lain adalah untuk:
·
Mempelajari
material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan pendidikan,
faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
·
Mempelajari
usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa untuk belajar,
prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam materi umum dan materi
khusus bagi siswa dalam belajar
·
Mempelajari
usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa
·
Mempelajari
usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat metode
pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi belajar-mengajar, namun
bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru guna tujuan-tujuan lain.
Dalam
tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan
pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan
kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan
pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode
serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka
hal ini akan diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan
prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan profesional.
Walaupun
pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman guru
memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru
yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang
menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang
didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan
pada standar mutu.
Pada prinsip umumnya
kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni kunjungan atas
permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan oleh kepala
sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan oleh supervisor
sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar